“Berkaryalah! Karena sesungguhnya engkau sedang bekerja untuk keabadian,” demikian kata penulis ini. Jelas, kalau Kawan sekalian paham dengan kalimat bijak di atas, itu merupakan hasil modifikasi dari nasihat Pramoedya Ananta Toer yang terkenal dan sering dijadikan caption di sosial media oleh remaja-remaja yang sedang belajar menulis itu:
“Menulislah! Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Mari kita kembali ke soal drama-drama yang disajikan oleh beragam industri: buku dan pertunjukan.
Manusia kadang tidak sadar kalau itu semua hanyalah hiburan saja, dan memang harus diperlakukan sebagaimana hiburan pada umumnya: demi melepas penat pasca seminggu penuh bekerja. Ketidaksadaran itu membuat drama-drama yang mereka peroleh dari hiburan, malah mereka masukkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau sudah terlanjur terikat dan mendarah daging, bisa jadi drama betulan. Maka dari itu, di sini, kami ingin membagikan cara agar hidupmu bisa terlepas dari drama. Mari kita mulai!
Dalam menghadapi dunia nyata, Kawan enggak perlu gitu-gitu amat. Gimmick aja itu. Tetap jadilah diri sendiri dengan segala kejujurannya. Jangan membayangkan diri seolah kamu bintang film yang tinggal hidup bersama manusia biasa di dunia nyata.
1. Mari kita mulai dengan ungkapan: jujurlah kepada diri sendiri.
Dunia pertunjukan seringkali menghiasi diri mereka dengan sesuatu yang sesuai dengan karakternya. Bahkan, dilebih-lebihkan. Semisal orang ndeso itu sebetulnya juga tidak medok-medok amat, tapi kalau dalam dunia pertunjukan, medok itu harus dilebihkan. Semisal dunia pertunjukan itu menyajikan orang kaya yang jutek, maka dia harus sungguh-sungguh kaya, dan jutek secara berlebihan.Dalam menghadapi dunia nyata, Kawan enggak perlu gitu-gitu amat. Gimmick aja itu. Tetap jadilah diri sendiri dengan segala kejujurannya. Jangan membayangkan diri seolah kamu bintang film yang tinggal hidup bersama manusia biasa di dunia nyata.
2. Media sosial membuat semua orang bisa bersuara. Parahnya, jika yang berbicara adalah mereka yang miskin fakta.
Segala sesuatu selalu ada plus dan minusnya. Segala yang harus dibungkam, menciptakan banyak manusia penurut, takut berekspresi dan miskin ide. Sementara segala yang dibebaskan, menciptakan banyak manusia yang sesuka-suka dan semau-mau.Namun lebih kreatif dan terbuka dalam banyak hal. Sosial media mengamini akan hal ini. Ia membuat setiap orang menjadi boleh berekspresi dan mengungkapkan gagasan. Bila penuh data dan fakta, maka bagus.
Bila sudah mengarah ke fitnah-fitnah dan pemelintiran logika yang membuat sesuatu yang semula benar menjadi salah, atau sebaliknya, maka di sini akan terjadi drama-drama yang kayaknya kamu enggak perlu mengikutinya. Buang-buang waktu!
Pernah dikatakan bahwa dosa menggunjing itu tak akan Tuhan maafkan sebelum manusia yang menggunjing itu meminta maaf kepada yang digunjing. Jadi, maaf berlaku apabila pihak yang digunjing sudah ikhlas memaafkan.
Jadi, hindari menggunjing. Karena selain menumpuk-numpuk dosa, itu juga akan membuat hidupmu jadi banyak drama. Mari, fokus saja kepada pembenahan diri.
Lalu ketika ada sekumpulan orang yang sedang menggosipkan orang lain, sementara kamu tahu itu hanyalah bualan, dan engkau memiliki faktanya, katakana saja sejujurnya. Tentu dengan nada yang sopan agar mereka bisa menerima argumenmu.
Misalnya: kamu punya hutang. Nah, menurut aturan main dalam dunia perhutangan, namanya hutang itu ya harus dibayar. Bagaimana pun alasannya. Bila kamu tak membayar, itu namanya tidak bertanggung jawab.
3. Sudahi, jangan lagi menggunjing, senikmat apa pun itu!
Bila wanita suka bergosip yang kita semua tahu pasti bahwa 90 persen isinya menggunjing, maka berbeda dengan pria yang lebih suka ngopi-ngopi. Meski tak jarang, dalam ngopi-ngopi itu materi percakapannya adalah menggunjing juga. Sama aja!Pernah dikatakan bahwa dosa menggunjing itu tak akan Tuhan maafkan sebelum manusia yang menggunjing itu meminta maaf kepada yang digunjing. Jadi, maaf berlaku apabila pihak yang digunjing sudah ikhlas memaafkan.
Jadi, hindari menggunjing. Karena selain menumpuk-numpuk dosa, itu juga akan membuat hidupmu jadi banyak drama. Mari, fokus saja kepada pembenahan diri.
Lalu ketika ada sekumpulan orang yang sedang menggosipkan orang lain, sementara kamu tahu itu hanyalah bualan, dan engkau memiliki faktanya, katakana saja sejujurnya. Tentu dengan nada yang sopan agar mereka bisa menerima argumenmu.
4. Jadilah orang yang bertanggung jawab atas segala hal yang dilakukan.
Drama bisa terjadi apabila ada hal-hal yang tidak berjalan sebagai mana mestinya. Ingat, hey, Kawan, segala sesuatu ada aturan mainnya. Pelajari itu, dan bermainlah dengan cantik. Menjadi orang yang bertanggung jawab adalah salah satu contohnya.Misalnya: kamu punya hutang. Nah, menurut aturan main dalam dunia perhutangan, namanya hutang itu ya harus dibayar. Bagaimana pun alasannya. Bila kamu tak membayar, itu namanya tidak bertanggung jawab.
Bila kamu tak bertanggung jawab, maka jangan salahkan orang-orang yang tahu perbuatanmu itu, kalau kemudian mereka akan menjadikan tingkahmu ini sebagai bahan gunjingan yang empuk. Kemudian, kamu akan merasa enggak enak tiap ketemu orang yang kamu hutangi dan orang-orang yang menggunjingmu. Nah, kan, jadi drama.
Jangan coba-coba bermain api dengan mendekati orang lain yang sudah berpasangan. Kalau kamu sendiri rupanya juga sudah berpasangan, ini berabe lagi. Ketimbang melihat ke luar, mending, baik kamu atau pasanganmu, saling membaikkan diri, saling membuat masing-masing lebih menarik. Sehingga, masing-masing dari kamu bisa jatuh cinta berkali-kali kepada orang yang sama.
Bergaul yang asik itu bisa keluar bareng teman-teman: futsal bareng, berenang, menggali kubur bersama ketika ada tetangga meninggal, main band, bikin acara dan memasak bersama – kalau para cewek – dan banyak lagi.
Akan lebih drama lagi jadinya kalau sebetulnya kamu tak mengetahui masalah yang sesungguhnya. Atau kalau tahu, pun, kalau itu enggak ada sangkut-pautnya denganmu, tak perlulah ikut-ikutan. Runyam nanti jadinya.
Tetapi kalau memang toh pelik banget dan sangat butuh pihak ketiga, pastikan pilihlah dia yang bisa menjaga rahasia dan mampu memberi solusi secara bijak.
Bagaimana Kawan sekalian, setelah membaca 8 poin di atas, apakah sudah ada komitmen untuk mempraktikkannya satu per satu? Semoga saja segera, ya, biar lepas dari kehidupan penuh dramanya juga bisa disegerakan.
5. Jangan dekati orang yang sudah punya pasangan.
“Rumput tetangga sering terlihat lebih hijau,” begitu kata pepatah. Ini sering terjadi di semua lini. Ketika kamu masih sekolah, seringkali mata melihat sekolah lain yang lebih keren. Saat kuliah, sering melihat kampus dan jurusan lain lebih menarik. Tatkala bekerja pun demikian. Dan, jangan salah, dalam melihat pasangan pun hal semacam ini bisa berlaku.Jangan coba-coba bermain api dengan mendekati orang lain yang sudah berpasangan. Kalau kamu sendiri rupanya juga sudah berpasangan, ini berabe lagi. Ketimbang melihat ke luar, mending, baik kamu atau pasanganmu, saling membaikkan diri, saling membuat masing-masing lebih menarik. Sehingga, masing-masing dari kamu bisa jatuh cinta berkali-kali kepada orang yang sama.
6. Sibuklah dengan diri sendiri. Atau kalau bergaul, lakukan yang asik-asik saja!
Ada dua pilihan, memang: “Sibuklah dengan diri sendiri. Atau kalau bergaul, lakukan yang asik-asik saja!” Ini sama halnya dengan nasihat: “Bicaralah yang baik, atau diam.” Bicara yang baik sebagai bergaul dan melakukan hal yang asik-asik bareng teman, sementara diam ialah sendirimu.Bergaul yang asik itu bisa keluar bareng teman-teman: futsal bareng, berenang, menggali kubur bersama ketika ada tetangga meninggal, main band, bikin acara dan memasak bersama – kalau para cewek – dan banyak lagi.
7. Jangan suka ikut campur masalah orang. Itu!
Enak banget ya kayaknya kalau lagi ada masalah gitu, terus nimbrung dan tanya-tanya apa masalahnya. Terus ketika sudah tahu, kemudian menjadi pihak yang menebar-nebarkannya. Tetapi ketahuilah wahai Kawan, drama akan terjadi di sini.Akan lebih drama lagi jadinya kalau sebetulnya kamu tak mengetahui masalah yang sesungguhnya. Atau kalau tahu, pun, kalau itu enggak ada sangkut-pautnya denganmu, tak perlulah ikut-ikutan. Runyam nanti jadinya.
8. Ketika kamu punya masalah dengan seseorang, dan masih bisa menyelesaikannya sendiri, maka selesaikanlah tanpa melibatkan orang lain.
Masalah bisa selesai karena diatasi. Kalau enggak diapa-apakan, ya enggak bakal ke mana-mana masalahnya. Begitu-begitu saja. Jadi ketika kamu ada masalah, hadapi, atasi, to the point 4 mata kepada orang yang bersangkutan.Tetapi kalau memang toh pelik banget dan sangat butuh pihak ketiga, pastikan pilihlah dia yang bisa menjaga rahasia dan mampu memberi solusi secara bijak.
Bagaimana Kawan sekalian, setelah membaca 8 poin di atas, apakah sudah ada komitmen untuk mempraktikkannya satu per satu? Semoga saja segera, ya, biar lepas dari kehidupan penuh dramanya juga bisa disegerakan.